-->
Nafilata Primadia

Ayat-Ayat Cinta versi 2: Bayang-bayang Maria, Puisi Aisha dan Gesekan Biola Keira (bagian 1)

Ayat-Ayat Cinta 2 kembali menyapa pembaca Indonesia. Kali ini bukan dalam bentuk buku, melainkan dalam bentuk cerita bersambung yang terbit di harian Republika. Habiburrahman El Shirazy kembali menerbitkan Ayat-Ayat Cinta yang ke-dua. Setelah hampir 10 tahun, pembaca akan mendapatkan karyanya yang terbaru tentang Ayat-Ayat Cinta seri yang kedua, dengan tokoh yang sama, namun berbeda lokasinya. Habiburrahman El Shirazy kembali menerbitkan Ayat-Ayat Cinta yang ke-dua. Setelah hampir 10 tahun, pembaca akan mendapatkan karyanya yang terbaru tentang Ayat-Ayat Cinta seri yang kedua, dengan tokoh yang sama, namun berbeda lokasinya. 

Bayang-bayang Maria, Puisi Aisha dan Gesekan Biola Keira

Habiburrahman El Shirazy


Matahari redup di petala langit. Awan abu-abu kehitaman menggelayut. Salju telah mencair. Habis tak tersisa. Angin masih dingin menggigit. Musim semi belum benar-benar tiba, namun salju sepertinya tidak akan lagi datang. Rerumputan di area the meadows, tepat disebelah selatan kampus utama the university of edinburgh seperti mulai bernafas. Pepohonan bagai bangkit dari kematian. Kehidupan Kota Edinburgh terasa lebih bergairah setiap kali musim semi di ambang merekah.
Suara khas bigpipe menggema dari Plaza Saint Giles Cathedral yang berdiri anggung menawan. Seorang lelaki tua berkumis pirang berpakaian tradisional Skotlandia tampak begitu khusyuk meniup alat musik bangsa Scots yang legendaris itu. Pakaian yang ia kenakan sangat khas, memakai bawahan seperti rok yang disebut kilt berornamen tartan kotak-kotak merah hitam. Atasan jas hitam khas Skotlandia. Juga dengan topi yang khas. Terkadang ia tampak begitu bersemangat, seperti sedang menggerakkan ribuan tentara di medan perang dengan terompet bigpipe itu.

Dua turis perempuan dari Jepang memerhatikan dengan saksama lelaki itu dan menikmati instrumen bigpipe yang terasa magis. Beberapa turis yang sedang menelusuri jalur The Royal Mile menikmati bunyi bigpipe sesaat, lalu melempar koin ke dalam kotak yang diletakkan di depan lelaki tua itu.

Semilir angin dingin seolah membawa suara bigpipe menggema ke seantero kota tua Edinburgh yang berdiri di atas tujuh bukit. Bangunan-bangunan kunonya rapi dan megah. Kota itu akan menyedot siapa saja yang memasukinya ke dalam pusaran abad Medieval. Panoramanya seumpama postcard hidup. Edinburgh Castle, Palace of Holyroodhouse, The scott Monument, Gladstone's Land, The Balmoral Hotel, Writers' Museum, Mary King's Close, McEwan Hall, dan The University of Edinburgh adalah sebagian bangunan dari tangan-tangan manusia terampil yang membuat indah kota tua itu.

Jalanan tampak basah. Namun salju sama sekali tidak ditemukan lagi. Orang-orang berjalan tetap memakai jaket atau jas penghangat tubuh, namun tidak lagi musim dingin. Hanya ada satu dua yang tetap memakai jaket wool tebal. Satu dua memakai rok mini dengan stocking tipis menutupi seluruh kakinya dan hanya memakai sweeter modis yang tidak tebal.

bersambung...
Nafilata Primadia
Load comments