-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 11

NAFIILATA--cerita bersambung ayat-ayat cinta dua bagian 11. Dan setiap kali merampungkan Surat Maryam, lalu membaca basmalah dan memulai Surat Thaha, pasti tangisnya pecah tak tertahankan. Itu surat yang menggetarkan seorang Umar Bin Khattab yang masih jahiliyah sehingga akhirnya masuk islam. Itu juga surat yang dibaca Maryam menjelang ia wafat.

Innama ilahukumullahul ladzi la ilaha illa huwa wasia' kulla syai in 'ilma.
(Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia, pengetahuannya meliputi segala sesuatu).*
Itulah ayat yang bergetar di bibir Maria, beberapa saat sebelum ia bersyahadat lalu menghembuskan nafas terakhir dengan senyum merekah di bibirnya.

Fahri lalu mengirim doa untuk Maria. Kemudian terisak-isak mengingat Aisha. Apakah Aisha telah menyusul Maria? Ia tidak tahu harus seperti apa mendoakan Aisha. Ia terus berdoa kepada Allah, agar Allah terus mengasihi istrinya, dan terus menyelimutinya dengna selimut rahmat dan taufih, baik ia masih hidup ataukah telah tiada. Fahri lalu melanjutkan bacaannya dan menuntaskan hingga selesai juz ketujuh belas.

Paman Hulusni naik ke ruang kerja Fahri, sambil membawa nampan berisi segelas susu cokelat hangat dan dua keping roti bakar. Paman Hulusi tampak lebih segar. Pakaiannya pun telah berganti. Paman Hulusi meletakkan nampan itu di meja yang ada di depan sofa.

"Saya dengar tadi Hoca terisak menangis," lirih Paman Hulusi sambil duduk di sofa di samping Fahri. Fahri diam saja tidak menjawab. Ia meraih gelas itu dan menyeruput susu cokelat hangat yang menyegarkan.

"Meskipun sambil membaca Al-Quran, saya yakin pasti ada hubungannya dengan Aisha."
Fahri masih diam saja. Ia mengambil sekeping roti dan mulai memakannya. Suasana hening tercipta sesaat. Roti di tangan kanannya itu habis, Fahri kembali menyeruput susu cokelatnya.

"Terima kasih Paman Hulusi atas susu hangat dan roti bakarnya. Terima kasih atas kesetiaan dan segala kebaikan Paman Hulusi."

"Saya yang harus berterima kasih kepada Hoca. Tanpa kebaikan Hoca, mungkin hidup saya masih seperti sampah yang tiada gunanya."

"Segala yang baik hanya milik Allah."

"Maaf Hoca, apakah Hoca tidak terpikir untuk menikah lagi? Hoca masih muda."
Fahri menghela nafas dan diam.

Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara indah nada biola digesek. Nadanya indah, riang, ceria, dan gembira. Suara itu berasal dari rumah Keira. Fahri mendengarkan dengan saksama nada itu. Itu nada lagu gembira Viva La Vida. Kegembiraan mendalam hingga terasa meremas-remas hati. Ada suasana kegembiraan menyusup, namun diiringi kesedihan yang seperti menyayat relung hatinya. Air matanya meleleh.
Nafilata Primadia
Load comments