-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-Ayat Cinta 2 Bagian 12

NAFIILATA--Cerita bersambung ayat-ayat cinta 2 bagian 12. "Hoca pasti terinngat Aisha Hanem. Dulu di rumah billa di Freiburg, saya sering mendengar nada seperti itu," lirih Paman Hulusi.

Fahri mengisyaratkan agar Paman Hulusi pergi dan turun. Lelaki tua yang berasal dari Adana Turki itu pergi meninggalkan Fahri terisak-isak.

"Oh Aisha, belahan jiwaku. Ya Allah, aku mohon pertolongan-Mu. Jangan kau binsakan dunia dan akhiratku karena merana mengenang Aisha. Ya Allah ya Rabbi, ya Rahman ya Rahim, rahmat-Mu ya Allah!"

Malam itu, salju tipis turun di Freiburg. Fahri sedang teanggelam membaca Tafsir Ruhul Ma'ani untuk membandingkannya dengan manuskrip yang sedang ia teliti untuk disertasi doktornya. Sayup-sayup Fahri mendengar nada biola digesek. Semakin lama semakin jelas. Semakin dekat. Ketika ia melihat ke pintu ruang kerjanya, tampak Aisha mengenakna gaun malam yang anggun. Ia menggesek biola dengan piawainya. Nada gembira ia mainkan. Aisha mengerlingkan mata kananya menggoda.

Fahri menutup kita tafsirnya. Ia bangkit dan mendekati Aisha. Aisha mundur. Fahri mendekat dan Aisha berjalan pelan sambil terus menggesek biolanya. Aisha menuju kamar tidurnya lalu duduk di bibir ranjang sambil tetap menggesek biola. Tiba-tiba nadanya berubah menjadi romantis. Fahri duduk di sampingnya. Aisha begitu wangi parfumnya, membuat Fahri mabuk. Sementara Aisha terus menyelesaikan lagunya. Fahri telah memeluk istrinya penuh cinta.

Aisha menyudahi nadanya, ketika Fahri sampai pada puncak mabuknya. Seperti biasa, sama seperti saat malam pertama di Kairo, Aisha membacakan puisinya,

agar dapat melukiskan hasratku, kekasih,
tarus bibirmu seperti bintang dilangit kata-katamu,
ciuman dalam malam yang hidup,
dan desar lenganmu memeluk daku
seperti suatu nyala bertanda kemenangan
mimpiku pun berada dalam benderang dan abadi

Aisha luar biasa romantisnya. 
"Ya Allah, bagaimana mungkin aku bisa melupakannya. Ampuni hamba-Mu kalau sampai cintaku padanya menutupi cintaku kepada-Mu ya Allah!" lirih Fahri begitu tersadar dari sepotong kenangan mesranya dengan Aisha.

Dan nada biola itu, nada bioa yang dimainkna Keira itu, adalah nada Viva La Vida yang hangat, mirip yang dimainkan Aisha pada malam ketika salju turun di Freiburg. Hanya saja, Fahri tidak bisa lagi membalas puisi itu dengan puisi yang selalu membuat pipi Aisha merona merah.

alangkah manis bidadariku ini
bukan main elok pesonanya
matanya berbinar-binar
alangkah indahnya bibirnya,
mawar merekah di taman surga
Nafilata Primadia
Load comments