-->
Nafilata Primadia

[Cerbung] Ayat-ayat Cinta 2 (bagian 9)

Nafiilata.blogspot.com---Cerbung Ayat-ayat Cinta 2, Ayat-ayat cinta habiburrahaman.

obil itu melaku menapaki North Bridge yang melintas di atas stasiun Waverley. Di sebelah kiri, panorama indah gedung-gedung kuno dan Edinburgh Castle menghampar, di sebelah kanan tampak Palace of Holyroodhouse. Dan di hadapannya, tepat di kiri jalan, tampak berdiri megah salah satu hotel yang menjadi ikon Kota Edinburgh, The Balmoral Hotel.

Fahri memandang ke depan sebelah kiri. Resto Pep & Fodder, lalu Harlow Rhodes, dan mobil terus melaju. Tiba-tiba pandangan Fahri menangkap seorang gadis bule yang sepertinya  ia kenal.
"Paman menepi, bukankah itu tetangga kita?"
"Yang mana?"
"Gadis bersweeter merah jambu itu? yang berdiri menenteng tas biola itu?"
"Benar. Itu Keira, tetangga samping rumah kita."
"Tampaknya ia terjebak hujan, mungkin tidak bawa payung. Dan halte agak jauh dari tempat ia berdiri."
"Itu kan restoran, kenapa dia tidak masuk saja ke dalam restoran?"
"Tak tahu, tolong menepi dan tawari dia tumpangan kalau dia memang mau pulang, Paman."
"Baik, Hoca."

Mobil itu parkir di depan restoran Elliot's. Tepat di depan gadis bersweeter merah jambu berdiri yang berlindung dari hujan. Paman Hulusi mengambil payung lipat di bawah bangku kedua. Ia menyiapkan payung dan segera membukanya ketika pintu mobil terbuka. Sedikit kena hujan, tapi Paman Hulusi berhasil berjalan dengan memakai payung mendekati gadis itu. Fahri melihat dari mobil. Awalnya gadis itu ragu. Tapi Paman Hulusi berhasil meyakinkan gadis itu sehingga ia akhirnya mau ikut menumpang. Paman Hulusi memayungi gadis itu menuju mobil. Gadis itu pun masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku kedua.

"Hai Keira, apa kabar? Namamy Keira kan?" sapa Fahri.
"Baik. Ya, saya Keira."
"Kami tetangga samping rumahmu."
"Ya, saya tahu. Terima kasih tumpangannya."

Fahri menunggu Keira balik bertanya siapa namanya, ternyata diam saja.
"Saya Fahri."
"Terima kasih."

Fahri melirik tas yang membungkus biola. Ia tahu itu biola, sebab Aisha pernah mengajaknya membeli biola untuk kawan lamanya. Banderol harga masih menempel pada tas itu.

"Biola baru, ya?" tanya Fahri mencoba menghangatkan suasana.
"Maaf, bukan urusan Anda."

FAhri kaget mendengar jawaban Keira yang ketus itu. Paman Hulusi pun sedikit kaget.
"Maaf kalau pertanyaan itu membuat Anda tidak berkenan."
"Sudahlah."

Fahri merasakan cara berinteraksi Keira begitu dingin. Tidak seperti Miss RAchel yang ia kenal, Prof Charlotte, Doktor Kim, dan lainnya yang terasa hangat. Maka Fahri kemudian diam saja dan menjaga diri dari terlalu banyak tanya, apalagi sok akrab. Demikian juga Paman Hulusi. Keira pun diam memandang ke kiri. Mobil itu melaju ke timur, ke arah Musselburgh. Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang dipecah oleh suara halus mesin mobil yang mengiringi.
Nafilata Primadia
Load comments